Selasa, 15 Maret 2011

Stimulasi Untuk Anak Berbakat Tapi Sulit Belajar

Untuk anda yang memiliki anak-anak yang kelihatan memiliki bakat tertentu, namun sulit untuk belajar, silahkan disimak artikel yang satu ini.

Anak atau siswa yang bakatnya tertutupi oleh kesulitan belajar ternyata banyak dipengaruhi oleh lingkungan teman sebaya, pola asuh dalam keluarga, kondisi sosial ekonomi, dan harapan orangtua akan masa depan si anak. Tak mudah memang, tetapi ada solusi yang sepatutnya bisa dilakukan. 

Beberapa solusi ada setelah orangtua dan pendidik memahami adanya perbedaan antara bakat dan ketidak mampuan anak/siswa didiknya, serta mengenali ciri-ciri potensi diagnosis yang salah tersebut. Hal itu merupakan langkah-langkah sederhana sebagai stimulasi menghadapi anak-anak dengan kemampuan otak berbakat (gifted brain), tetapi sekaligus juga menunjukkan ketidakmampuannya (disability). 


"Sesuatu yang ada di dalam diri seorang anak, itulah yang perlu dikeluarkan, yang semestinya diekspresikan," kata Socrates. Namun kiranya, ucapan filsuf Yunani tersebut perlu dijadikan pegangan sebelum memulai langkah-langkah yang perlu diambil di sini. 

Ada lima langkah yang justru akan berpulang pada kondisi si anak itu sendiri. Memang, stimulasi yang diperlukan adalah langkah-langkah yang cenderung tidak bersifat memaksakan kehendak. Hal ini seperti pernah disebutkan oleh psikolog Dr Rose Mini AP, M Psi dalam makalahnya tentang "Keberhasilan Pendidikan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya", beberapa stimulasi tersebut antara lain: 
  1. Jangan pernah membandingkan antara satu anak dengan yang lainnya. Camkan bahwa setiap anak berbeda, baik dari segi kecepatan belajar, gaya belajar, maupun pencapaian hasil atau lain-lain yangberhubungan dengan proses anakmenyerap ilmu atau pelajaran yangdiberikan.
  2. Rangsang, bukan "ajarkan", anak untuk mengembangkan berbagai aspek kemampuan, terutama kreativitasnya. Persepsikan bahwa sekecil apa pun kreativitasnya adalah hal yang sangat positif, baik buat dirinya maupun lingkungan di sekitarnya.
  3. Tularkan tentang pemahaman-pemahaman moral dan indahnya bersosialisasi di luar lingkup sehari-hari si anak. Ingat, Anda hanya "menularkan", bukan mengajarinya bersosialisasi, saling menghargai, atau menghormati sesama individu. Alhasil, aksi nyata berupa contoh-contoh sikap dan perilaku sangat diperlukan, dan itu semua harus dimulai dari diri Anda sebagai orangtua atau pendidik.
  4. Fokuskan pada proses dan penugasan ketimbang perolehan hasil. Perlu diingat, bahwa hasil yang optimal akan dicapai olehsi anak saat mereka menguasai kemampuan yang memang dibutuhkannya.
  5. Kenali berbagai kebutuhan mereka tersebut lewat aktivitas, hobi, atau kegemarannya. Dari sinilah orangtua atau pendidik mudah mengenali potensi yangdimiliki guna melihat perkembangan yang lebih optimal. 
Semoga bermanfaat.

    Tidak ada komentar: