Sabtu, 30 Juli 2011

Menjelang Bulan Suci Ramadhan

Bulan Ramadhan sudah diambang pintu, dalam hitungan jam umat islam akan memasuki bulan suci penuh rahmat dan ampunah Allah SWT. Ada beberapa hal yang perlu anda ketahui menjelang kehadiran bulan suci Ramadhan.


1. Menghitung hari bulan Sya’ban.
Ummat Islam seyogyanya menghitung bulan Sya’ban sebagai persiapan memasuki Ramadhan. Karena satu bulan itu terkadang dua puluh sembilan hari dan terkadang tiga puluh hari, maka berpuasa (itu dimulai) ketika melihat hilal bulan Ramadhan. Jika terhalang awan, hendaknya menyempurnakan bulan Sya’ban menjadi tiga puluh hari. Karena Allah menciptakan langit-langit, bumi dan menjadikan bulan sabit tempat-tempat, agar manusia mengetahui jumlah tahun dan hisab. Satu bulan tidak akan lebih dari tiga puluh hari. 

Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, ia berkata : Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam bersabda (yang artinya) : “Puasalah kalian karena melihat hilal, dan berbukalah karena melihat hilal. Jika kalian terhalangi awan, sempurnakanlah bulan Sya’ban tiga puluh hari.” (31) Dari Abdullah bin Umar Radiyallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam bersabda : “Janganlah kalian puasa hingga melihat hilal. Jika kalian terhalangi awan, hitunglah bulan Sya’ban.” (32) Dari Adi bin Hatim Radhiyallahu 'anhu, ia berkata :
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam bersabda : “Jika datang bulan Ramadhan puasalah tiga puluh hari kecuali kalian melihat hilal sebelum hari ketiga puluh.” (33)

2. Barangsiapa yang berpuasa pada hari syak (34) ,
Berarti (ia) telah durhaka kepada Abul Qasim Shalallahu 'alaihi wassalam Oleh karena itu, seyogyanya seorang muslim tidak mendahului bulan puasa dengan melakukan puasa satu atau dua hari sebelumnya dengan alasan hati-hati, kecuali kalau bertepatan dengan puasa sunnah yang biasa ia lakukan. Dari Abu Hurairah Radiyallahu 'anhu, ia berkata : Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam pernah bersabda : “Jangan kalian mendahului Ramadhan dengan melakukan puasa satu atau dua hari sebelumnya kecuali seseorang yang telah rutin berpuasa, maka berpuasalah.” (35) Ketahuilah wahai saudaraku, di dalam Islam barangsiapa berpuasa pada hari yang diragukan, (berarti ia) telah durhaka kepada Abul Qashim Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam. Shillah bin Zufar meriwayatkan dari Ammar : “Barangsiapa yang berpuasa pada hari yang diragukan berarti telah durhaka kepada Abul Qasim Shalallahu 'alaihi wassalam.” (36)

3. Jika seorang muslim telah melihat hilal hendaknya kaum muslimin berpuasa atau berbuka Melihat hilal teranggap kalau ada dua orang saksi yang adil, berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam : “Berpuasalah kalian karena melihat hilal, berbukalah kalian karena melihatnya, berhajilah kalian karena melihat hilal, jika kalian tertutup awan, maka sempurnakanlah (bilangan bulan Sya’ban menjadi) tiga puluh hari, jika ada dua saksi berpuasalah kalian dan berbukalah.” (37) Tidak diragukan lagi, bahwa diterimanya persaksian dua orang dalam satu kejadian tidak menunjukkan persaksian seorang diri itu ditolak, oleh karena itu persaksian seorang saksi dalam melihat hilal tetap teranggap (sebagai landasan untuk memulai puasa)., dalam satu riwayat yang shahih dari Ibnu Umar Radiyallahu 'anhu, ia berkata : “Manusia mencari-cari hilal, maka aku kabarkan kepada Nabi bahwa aku melihatnya, maka Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam pun menyuruh manusia berpuasa.” (38)

Semoga bermanfaat, untuk menambah ilmu dan wawasan dalam beribadah. Mohon maaf jika ada kesalahan dan kekurangan.

(Dikutip dari Sifat Puasa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam terbitan Pustaka Al-Haura, Jojakarta )
(31) HR Bukhari (4/106) dan Muslim (1081).
(32) HR Al Bukhari (4/102) dan Muslim (1080)
(33) (HR At Thahawi dalam Musykilul Atsar (no 501),
Ahmad (4;/377), At Thabrani dalam al Kabir (17/171).
Dalam sanadnya ada Musalid bin Said, beliau dhaif
sebagaimana dikatakan oleh Al Haitsami dalam Majma Az Zawaid (3/146), akan tetapi hadits ini
mempunyai banyak syawahid, lihat Al Irwaul Ghalil
(901) karya syaikhuna Al Albany hafidhohullah).
(34) yaitu hari yang diragukan , apakah telah
memasuki bulan Ramadhan atau belum, ed.
(35) HR Muslim (573 – mukhtashar dengan muallaqnya).
(36) (HR Bukhari (4/119), dimaushulkan oleh Abu
Daud (3334), Tirmidzi (686), Ibnu Majah (3334), An
Nasa’I (2199) dari jalan Amr bin Qais al Mala’l dari
Abu Ishaq dari Shilah bin Zufar, dari Ammar. Dalam
sanadnya ada Abu Ishaq, yakni as Sabi’I mudallis dan dia telah ‘an’anah dalam hadits ini, dia juga
tercampur hafalannya, akan tetapi hadits ini
mempunyai banyak jalan dan mempunyai syawahid
(pendukung) dibawakan oleh al Hadits Ibnu Hajar al
Atsqalani dalam Ta’liqu Ta’liq (3/141-142)
sehingga beliau menghasankan hadits ini.
(37) (HR An Nasa’I (4/133), Ahmad (4/321), Ad
Daruquthni (2/167) dari jalan Husain bin Al Harits al
Jadali dari Abdurrahman bin Zaid bin Al Khattab dari
para shahabat Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam
dan sanadnya hasan. Lafadz di atas adalah para
riwayat An Nasa’I, Ahmad menambahkan : “Dua orang muslim.”
(38) (HR Abu Daud (2342), Ad Darimi (2/4), Ibnu
Hibban (871), Al Hakim (1/423), Al Baihaqi (4/212),
dari dua jalan, yakni dari jalan Ibnu Wahb dari Yahhya
bin Abdullah bin Salim dari Abu Bakar bin Nafi’ dari
bapaknya dari Ibnu Umar, sanadnya hasan, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam At
Talkhisul Habir (2/187).

Tidak ada komentar: